Kearifan lokal Indonesia
yang begitu indah dan beragam membuat para sastrawan mengabadikannya
dalam karya sastra. Keindahan tersebut rupanya tak hanya disukai oleh
masyarakat Indonesia saja.
influencer marketing indonesia untuk meningkatkan produk dan brandmu.Dunia pun turut mengapresiasi kearifan lokal yang hadir di karya sastra Indonesia.
Hal tersebut membuat sastrawan Indonesia mendunia. Buku-buku mereka pun diterjemahkan ke bahasa asing. Berikut sastrawan Indonesia yang karyanya telah diterjemahkan ke bahasa asing:
Siapa tak kenal dengan si Laskar Pelangi? Melalui tangan dinginnya, peia bernama asli Air Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun ini berhasil membawa mimpi anak-anak desa hingga mancanegara. Andrea Hirata telah berkiprah di dunia sastra berskala internasional dan aktif dalam berbagai festival buku dan pengajaran sastra di luar negeri.
Karyanya yang berjudul Rainbow Troops (Laskar Pelangi) telah diterjemahkan ke dalam 34 bahasa asing dan diterbitkan di 130 negara. Selanjutnya, buku keduanya Dër Traumer (Sang Pemimpi) juga telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.
Berkat kontribusinya di kesusasteraan internasional, dirinya mendapat honoris clausa (gelar kehormatan) di salah satu universitas bergengsi Inggris, Warwick University.
Ia juga menjadi juara pertama di Buchaward 2013, Jerman untuk novelnya yang berjudul Die Regenbogen Truppe terbitan Hanser Berlin.
Ia meraih juara pertama di New York Book Festival 2013 kategori fiksi umum untuk novelnya yang berjudul The Rainbow Troops.
Ia merupakan pengarang paling produktif dalam sejarah kesusateraan Indonesia. Selama hidupnya, penulis bernama asli Pramoedya Ananta Mastoer ini telah menghasilkan lebih dari 50 karya. Seluruh karyanya tersebut diterjemahkan ke lebih dari 41 bahasa asing.
Sastrawan yang meninggal pada 30 April 2006 dikenal sebagai penulis yang brillian dan berani. Keberaniannya tersebut membuatnya sempat merasakan hidup di balik jeruji selama tiga tahun di masa kolonial dan satu tahun di masa Orde Lama. Rezim Orde Baru juga pernah menahannya selama 14 tahun tanpa proses pengadilan.
Namanya sampai ke mancanegara, kontribusinya yang sangat luar biasa dalam dunia sastra mendapat apresiasi mendalam dari dunia internasional. Ia mendapat penghargaan Ramon Magsaysay Award, Wertheim Award, UNESCO Madanjeer Singh Prize, Doctor of Humane Letter, dan masih banyak lagi.
Berbicara mengenai kesusasteraan Indonesia tak lengkap jika tak menyebut nama Chairil Anwar. Karyanya yang berjudul Aku sangat fenomenal dan masih diperdengarkan hingga kini. Puisi tersebut dianggap sebagai tonggak sastra di tahun 45an. Selaras dengan kondisi Indonesia yang berada dicengkraman kolonial, puisi tersebut menyuarakan pemberontakan dari segala penindasan.
Kemampuannya dalam memilih kata, membuat setiap karya pria kelahiran Medan, 26 Juli 1922 ini sangat mengena di hati. Tak hanya itu, karyanya juga tak lekang oleh waktu.
Selain Aku, puisi yang juga familiar antara lain Antara Karawang dan Bekasi dan Cerita Buat Dien Tamaela. Puisi-puisi tersebut tak hanya terkenal di Indonesia tetapi juga di dunia. Puisi tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Jerman, Rusia dan Latin.
Selain puisi, pria yang dijuluki Binatang Jalang tersebut juga mengeluarkan sejumlah buku seperti Derai-Derai Cemara, Deru Campur Debu, hingga The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar.
Meski dalam puisinya ia berharap untuk hidup 1000 tahun, Chairil justru wafat di usia muda yakni 27 tahun karena penyakit TBC.
Taufiq Ismail merupakan penyair dan sastrawan ternama di Indonesia. Bahasanya yang puitis dan menyentuh hati membuat sajak-sajak yang ia ciptakan kerap dinyanyikan grup musik Bimbo.
Pria kelahiran Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935 dianggap sebagai pionir sastra di era 66an. Sejumlah karyanya seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Puisi-Puisi Langit, dan lain lain mampu membuat para pembaca merinding. Sejumlah karyanya tersebut bahkan pernah diterjemahkan ke dalam Bahasa Rusia dan Bahasa Inggris.
Jasanya yang besar dalam dunia kesusasteraan tak hanya mendapat apresiasi dari tanah air tetapi juga internasional. Dirinya pernah mendapatkan penghargaan Cultural Visit Award dari Pemerintahan Australia pada 1977 dan S.E.A Write Award di tahun 1994.
Nama Ahmad Tohari mulai dikenal luas setelah menulis novel berjudul Ronggeng Dukuh Paruh. Sosok Srintil dalam novel tersebut begitu fenomenal hingga sejunlah negara tertarik mengangkat kisahnya dalam bahasa mereka. Novelnya telah diterjemahkan ke Bahasa Tionghoa, Bahasa Inggris, Bahasa Belanda dan Bahasa Jerman.
Pada tahun 1995 ia menerima penghargaan dari SEA Write Award dan Sastra ASEAN. Di tahun 2007 ia menerima penghargaan dari Rancage.
Selain Ronggeng Dukuh Paruh, karya pria kelahiran 13 Juni 1948 lainnya yakni Kubah, Bekisar Merah dan Orang-Orang Proyek.
Namanya mungkin masih terbilang baru di dunia sastra Indonesia. Namun kiprahnya telah melanglang buana hingga internasional. Berbagai karya sastra yang ia hasilkan seperti O, Cantik Itu Luka, Lelaki Harimau dan lain-lain menjadi perbincangan dunia.
Pria yang dijuluki Pramoedya Ananta Toer junior ini mampu menggiring pembaca menyelami pikiran pengidap schizoprenia dengan sangat apik. Hal tersebut yang membuatnya berhasil memikat para pecinta sastra di tanah air dan mancanegara.
Bukunya yang berjudul Man Tiger (Lelaki Harimau) bahkan masuk dalam nominasi penghargaan terkenal dari Inggris yakni The Man Booker Prize 2016.
Dewan juri telah memilih 13 buku dari 155 novel yang berasal dari 12 negara dengan sembilan bahasa berbeda. Novelnya, Man Tiger disandingkan dengan karya peraih nobel sastra asal Turki, Orhan Pamuk.
sumber : merahputih.com
influencer marketing indonesia untuk meningkatkan produk dan brandmu.Dunia pun turut mengapresiasi kearifan lokal yang hadir di karya sastra Indonesia.
Hal tersebut membuat sastrawan Indonesia mendunia. Buku-buku mereka pun diterjemahkan ke bahasa asing. Berikut sastrawan Indonesia yang karyanya telah diterjemahkan ke bahasa asing:
1. Andrea Hirata
Siapa tak kenal dengan si Laskar Pelangi? Melalui tangan dinginnya, peia bernama asli Air Aqil Barraq Badruddin Seman Said Harun ini berhasil membawa mimpi anak-anak desa hingga mancanegara. Andrea Hirata telah berkiprah di dunia sastra berskala internasional dan aktif dalam berbagai festival buku dan pengajaran sastra di luar negeri.
Karyanya yang berjudul Rainbow Troops (Laskar Pelangi) telah diterjemahkan ke dalam 34 bahasa asing dan diterbitkan di 130 negara. Selanjutnya, buku keduanya Dër Traumer (Sang Pemimpi) juga telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing.
Berkat kontribusinya di kesusasteraan internasional, dirinya mendapat honoris clausa (gelar kehormatan) di salah satu universitas bergengsi Inggris, Warwick University.
Ia juga menjadi juara pertama di Buchaward 2013, Jerman untuk novelnya yang berjudul Die Regenbogen Truppe terbitan Hanser Berlin.
Ia meraih juara pertama di New York Book Festival 2013 kategori fiksi umum untuk novelnya yang berjudul The Rainbow Troops.
2. Pramoedya Ananta Toer
Ia merupakan pengarang paling produktif dalam sejarah kesusateraan Indonesia. Selama hidupnya, penulis bernama asli Pramoedya Ananta Mastoer ini telah menghasilkan lebih dari 50 karya. Seluruh karyanya tersebut diterjemahkan ke lebih dari 41 bahasa asing.
Sastrawan yang meninggal pada 30 April 2006 dikenal sebagai penulis yang brillian dan berani. Keberaniannya tersebut membuatnya sempat merasakan hidup di balik jeruji selama tiga tahun di masa kolonial dan satu tahun di masa Orde Lama. Rezim Orde Baru juga pernah menahannya selama 14 tahun tanpa proses pengadilan.
Namanya sampai ke mancanegara, kontribusinya yang sangat luar biasa dalam dunia sastra mendapat apresiasi mendalam dari dunia internasional. Ia mendapat penghargaan Ramon Magsaysay Award, Wertheim Award, UNESCO Madanjeer Singh Prize, Doctor of Humane Letter, dan masih banyak lagi.
3. Chairil Anwar
Berbicara mengenai kesusasteraan Indonesia tak lengkap jika tak menyebut nama Chairil Anwar. Karyanya yang berjudul Aku sangat fenomenal dan masih diperdengarkan hingga kini. Puisi tersebut dianggap sebagai tonggak sastra di tahun 45an. Selaras dengan kondisi Indonesia yang berada dicengkraman kolonial, puisi tersebut menyuarakan pemberontakan dari segala penindasan.
Kemampuannya dalam memilih kata, membuat setiap karya pria kelahiran Medan, 26 Juli 1922 ini sangat mengena di hati. Tak hanya itu, karyanya juga tak lekang oleh waktu.
Selain Aku, puisi yang juga familiar antara lain Antara Karawang dan Bekasi dan Cerita Buat Dien Tamaela. Puisi-puisi tersebut tak hanya terkenal di Indonesia tetapi juga di dunia. Puisi tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa asing seperti Inggris, Belanda, Jerman, Rusia dan Latin.
Selain puisi, pria yang dijuluki Binatang Jalang tersebut juga mengeluarkan sejumlah buku seperti Derai-Derai Cemara, Deru Campur Debu, hingga The Complete Poetry and Prose of Chairil Anwar.
Meski dalam puisinya ia berharap untuk hidup 1000 tahun, Chairil justru wafat di usia muda yakni 27 tahun karena penyakit TBC.
4. Taufiq Ismail
Taufiq Ismail merupakan penyair dan sastrawan ternama di Indonesia. Bahasanya yang puitis dan menyentuh hati membuat sajak-sajak yang ia ciptakan kerap dinyanyikan grup musik Bimbo.
Pria kelahiran Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935 dianggap sebagai pionir sastra di era 66an. Sejumlah karyanya seperti Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia, Tirani dan Benteng, Puisi-Puisi Langit, dan lain lain mampu membuat para pembaca merinding. Sejumlah karyanya tersebut bahkan pernah diterjemahkan ke dalam Bahasa Rusia dan Bahasa Inggris.
Jasanya yang besar dalam dunia kesusasteraan tak hanya mendapat apresiasi dari tanah air tetapi juga internasional. Dirinya pernah mendapatkan penghargaan Cultural Visit Award dari Pemerintahan Australia pada 1977 dan S.E.A Write Award di tahun 1994.
5. Ahmad Tohari
Nama Ahmad Tohari mulai dikenal luas setelah menulis novel berjudul Ronggeng Dukuh Paruh. Sosok Srintil dalam novel tersebut begitu fenomenal hingga sejunlah negara tertarik mengangkat kisahnya dalam bahasa mereka. Novelnya telah diterjemahkan ke Bahasa Tionghoa, Bahasa Inggris, Bahasa Belanda dan Bahasa Jerman.
Pada tahun 1995 ia menerima penghargaan dari SEA Write Award dan Sastra ASEAN. Di tahun 2007 ia menerima penghargaan dari Rancage.
Selain Ronggeng Dukuh Paruh, karya pria kelahiran 13 Juni 1948 lainnya yakni Kubah, Bekisar Merah dan Orang-Orang Proyek.
6. Eka Kurniawan
Namanya mungkin masih terbilang baru di dunia sastra Indonesia. Namun kiprahnya telah melanglang buana hingga internasional. Berbagai karya sastra yang ia hasilkan seperti O, Cantik Itu Luka, Lelaki Harimau dan lain-lain menjadi perbincangan dunia.
Pria yang dijuluki Pramoedya Ananta Toer junior ini mampu menggiring pembaca menyelami pikiran pengidap schizoprenia dengan sangat apik. Hal tersebut yang membuatnya berhasil memikat para pecinta sastra di tanah air dan mancanegara.
Bukunya yang berjudul Man Tiger (Lelaki Harimau) bahkan masuk dalam nominasi penghargaan terkenal dari Inggris yakni The Man Booker Prize 2016.
Dewan juri telah memilih 13 buku dari 155 novel yang berasal dari 12 negara dengan sembilan bahasa berbeda. Novelnya, Man Tiger disandingkan dengan karya peraih nobel sastra asal Turki, Orhan Pamuk.
sumber : merahputih.com
Komentar
Posting Komentar